MENGENAL BIOGRAFI IMAM AT
TIRMIDZI DAN METODE PENYUSUNAN KITAB SUNAN AT TIRMIDZI
MakalahinidisusununtukMemenuhi
Tugas
Mata KuliahUlumul Hadits
DOSEN PEMBIMBING
MAHBUB JUNAIDI M.Th. I
OLEH :
1. Mazroatul
Islahiyah (14110019)
2. Nur
Kholifatun Nisa’ (14110030)
3. M.
Ulin Nuha (14110023)
UNIVERSITAS ISLAM DARUL’ULUM LAMONGAN
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2015
Kata Pengantar
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulilah,
puji syukur kehadirat Allah swt. karena
atas berkat,hidayah,dan karunianya sehingga makalah tentang “Mengenal Biogafri Imam At
Tirmidzi dan Metode Penyusunan Kitab Sunan Al Tirmidzi”dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabiullah
Muhammad SAW.
Penyusunan
makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Ulumul Hadits. Dalam
penulisan makalah ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Mahbub Junaidi M.Th.I selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Haditsdan kepada pihak-pihak yang memberikan motivasi dalam
upaya penyelesaian makalah ini. Namun demikian,dalam penyusunan makalah ini
penulis menyadari bahwa tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini masih
terdapat kekurangan-kekuranganya, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan
saran bagi pihak-pihak yang mempelajari makalah ini demi keberhasilan yang
lebih baik lagi untuk waktu yang akan datang. Karena penulis menyadari bahwa
segala kekurangan itu datangnya dari kita sendiri sebagai manusia biasa yang
tak luput dari kesalahan dan jika terdapat kelebihan, semua itu tentu karena
kehendak Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua khususnya penulis. Aamiin.
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Lamongan
, 03 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL............................................................................................... i
KATA
PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I :
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang …................................................................................................... 1
B. RumusanMasalah................................................................................................... 2
C. TujuanMasalah....................................................................................................... 2
BAB II :
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam AtTirmidzi...................................................................................... 4
B. Metode Kitab Sunan Al Tirmidzi........................................................................... 7
C. Isi Kitab Sunan Al Tirmidzi................................................................................... 9
D. Sistematika Penulisan Kitab Sunan Al Tirmidzi……........................................... 10
E. Pandangan Ulama Kitab Sunan Al Tirmidzi.......................................................... 11
BAB III :
PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................... 14
B. Saran dan Kritik................................................................................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................. 17
Hadits
Nabawi adalah sumber kedua setelah al Quran yang diikuti oleh Ijma’ dan juga
Qiyas. Hadits tak bisa dipungkiri memiliki peranan yang urgent sebagai sumber
terhadap hukum-hukum Islam. Al Quran bisa difahami dan didekati melalui hadits
sehingga hadits berperan sebagai Mubayin, Muqoyyid, Muwaddih al Musykil,
Nasikh dan lain-lain bagi al Quran.
Lain
halnya dengan al Quran yang sejak awal sudah menjadi perhatian banyak kalangan
sahabat, hadits pada masa Rosulullah hidup hanya diriwayatkan secara lisan tanpa
menggunakan tulisan. Sebab, saat itu jika hadits ditulis dihawatirkan
redaksi-redaksinya tercampur dengan ayat al Quran. Meskipun demikian, ada
beberapa sahabat yang tetap menulis redaksi hadits untuk kepentingan pribadinya
bukan rujukan umum. Sebut saja Abdullah ‘Amr bin al ‘Ash.
Setelah
Rosulullah wafat, dan banyak para sahabat penghafal hadits yang meninggal.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz mulai merasa hawatir dan prihatin terhadap hadits
yang belum sepenuhnya ditulis. Kehawatiran inilah yang menjadi langkah awal
untuk pengkodifikasian hadits. Muhammad bin Syihab al Zuhri bertugas sebagai
koordinator pengumpul hadits. Hadits yang terkumpul pada saat itu belum
terklasifikasi berdasarkann bab, kwalitas dll namun masih bercampur dalam satu
buku kumpulan hadits-hadits Nabi yang disebut al Jawami’.
Seiring
tersebarnya Islam, maka perhatian penuh terhadap Hadits mulai tampak. Lahirlah
rumusan-rumusan kaidah yang berkaitan dengan hadits seperti penerimaan hadits,
kwalisifikasi hadits dll. Rumusan kaidah inilah yang kemudian pada masa Tabi’
Tabi’in dibukukan ke dalam satu disiplin ilmu yang disebut Ilmu hadits. Di
samping kitab yang berkaitan dengan Ilmu Hadits, kitab-kitab hadits Nabi juga
mulai marak ditulis. Kitab-kitab ini yang kemudian dijadikan kitab induk hadits
Nabi.
Ada
enam kitab induk hadits yang terkenal, yaitu:
§
Sohih
al Bukhori
§
Sohih
Muslim
§
Sunan
Abi Dawud
§
Sunan
at Tirmidzi
§
Sunan
an Nasa’i
§
Sunan
Ibnu Majah
Keenam
kitab ini disebut dengan Kutub as Sittah (enam kitab pokok hadits).
Selanjutnya, kitab-kitab ini disempurnakan lagi menjadi Kutub at Tis’ah
(sembilan kitab pokok hadits) dengan menambahkan: Sunan ad Daruquthni, Sunan
ad Daromi, Sunan al Baihaqi.
Masing-masing
kitab ini memiliki karakteristik dan metode tersendiri dalam pengumpulan
hadits. Pada makalah ini, penulis mencoba menelaah apa yang ada di dalam kitab
Jami’ imam Tirmidzi atau yang dikenal dengan Sunan at Tirmidzi.
Sebab, kitab ini tidak hanya memuat hadits-hadits yang berkualitas sohih saja,
melainkan hadits hasan, dhaif dan selainnya juga ia himpun dalam kitab ini.
Bahkan, imam Tirmidzi juga memberikan komentar akan status hukum atau kualitas
suatu hadits.
B.
RumusanMasalah
Pada makalah ini akan menjelaskan tentang :
1. Siapakah Imam
Turmudzi.
2. Metodeapa yang
digunakandalamkitab Sunan al Tirmidzi.
3. Apa Isi Dalam Kitab
Sunan Al Tirmidzi.
4. Bagaiman Pandangan
Para Ahli tentang Kitab Sunan Al Tirmidzi
C. Tujuan Masalah
1. Mengenal Imam
Turmudzi.
2. Mengetahui Metode
Yang digunakan Imam at Tirmidzi dalam Menyusun Kitab Sunan at Tirmidzi.
3. Mengetahui Isi Kitab
Sunan Al Tirmidzi.
4. Mengetahui Beberapa
Pandangan Para Ahli Tentang Kita Sunan Al Timidzi.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Biografi Imam At
Tirmidzi
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Isa Muhammad Bin ‘Isa Bin Tsaurah Bin Musa Bin ad-Dahaq as-Sulami
at-Tirmiz.[1]Penisbahan namanya kepada as-Sulami
merupakan nisbah kepada satu kabilah yang dijadikan sebagai afiliasi
beliau. Dan nisbah ini merupakan sebuah nisbah
kearaban. Akan tetapi, belum ditemukan sumber secara pasti, apakah iabenar
berasal dari Arab atau tidak. Karena, sebagian dari penulis kontemporer mengatakan bahwa seluruh
pengarang kitab as-sittah adalah a’jami (bukan berasal
dari Arab). Sedangkan penisbahan namanya kepadaTirmizi, karena,ia lahir dan berkembang di kota
Tirmiz, yaitu kota yang terletak dibagian selatan kota Iran sekarang.
Imam Tirmizi
lahir pada bulan zullhijjah tahun 209 H (824 M). Kakeknya dahulunya merupakan
orang Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan menetap disana, lalu di kota inilah
terlahirnya imam at-Tirmizi. Sejak
kecil ia sudah suka mempelajari ilmu hadis dan melakukan perjalanan ke beberapa
negri untuk mendapatkan ilmu. Dalam perjalanannya inilah, ia bertemu dengan
beberapa ulama besar ahli hadis dan belajar hadis bersama mereka.
Imam Tirmizi lebih populer dengan nama Abu Isa.
Bahkan dalam kitab al-Jami’nya, ia selalu memakai nama Abu Isa, meskipun sebagian ulama sangat
membenci sebutan tersebut dengan berargumen kepada sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Syaibah bahwa “seorang pria tidak diperkenankan
memakai nama Abu Isa, karena, Isa tidak punya ayah”. Namun, tetap saja ini tidak berpengaruh, karena, hal ini dimaksudkan untuk membedakan at-Tirmizi dengan ulama yang lain, sebabada beberapa ulama besar yang
juga terkenal dengan nama at-Tirmizi,[2]
yaitu:
a) Abu Isa at-Tirmizi, pengarang kitab al-Jami’atau Sunan at-Tirmizi, tokoh yang menjadi topik pembahasan pada tulisan ini
b) Abu al-Hasan Ahmad bin al-Hasan,
yang masyhur dengan panggilan at-Tirmizi al-Kabir
c) Al-Hakim at-Tirmizi Abu Abdillah Muhammad Ali bin al-Hasan bin
Basyar, seorang yang berkepribadian zuhud,
hafidz, muazzin, juga pengarang kitab yang biasa dikenal dengan sebutan al-Hakim at-Tirmizi.[3]
Adapun nisbat yang
melekat pada at Tirmidzi adalah al Sulami, dibangsakan dengan Bani Sulami, dan
Kabilah Ailan.[4]
Sementara al Bugi adalah tempat dimana at Tirmidzi wafat dan dimakamkan. Pada
saat umurnya 70 tahun, sang Illahi memanggil imam Tirmizi, bertepatan pada tahun 279 H. Imam As Syakir menyebutkan bahwa Imam Tirmizi wafat pada bulan Rajab
tanggal 13 tahun 279 H pada
malam Senin. Hal ini sejalan dengan pendapat Al-Hafiz Al-Mizzi dalam kitab at Tahzib dari Al-Hafizh Abu Abbas Ja’far
Muhammad Ibn Mu’taz Al-Mustaghfiri, sebagai ahli sejarah yang telah melawat ke Khurasan dan lama menetap disana.
Kota Tirmiz merupakan sebuah kota
yang banyak melahirkan danmembesarkan ulama, baik itu ulama hadis, tasawuf dan
bahasa Arab. Keadaan ini jugalah yang mendukung imam Tirmizi berpacu semangat
dalam mempelajari dan mengumpulkan hadis. Walaupun, keadaan kota kelahirannya mendukung
untuk mempelajari dan meriwayatkan hadis, namun imam Tirmizi belum merasa puas
dengan keadaan tersebut. Maka, untuk memenuhi rasa kepuasan dirinya, ia melakukan perjalanan kebeberapa
negeri untuk belajar dari ulama hadis yang ada di negeri tersebut. Dalam perlawatannya, imam Tirmizi melakukan perjalanan
ke Bukhara, Khurasan,
Naysabur, Iraq, Hijaz, Makkah, dan beberapa negeri lainnya,[5] akan tetapi beliau tidak melakukan
perjalanan ke Mesir dan Syam. Hal ini disebabkan, karena keadaan yang tidak memungkin
pada waktu itu, sehingga ia meriwayatkan hadis dari ulama kedua negeri ini
dengan perantaraan ulama lainnya[6].
Selain dua kota ini, imam Tirmizi juga tidak mendatangi kota Bagdag. Karena, kemungkinan adanya situasi yang
negatif di kota Bagdag ketika itu, sehingga ia tidak dapat mendengar hadis
secara langsung dari imam Ahmad Bin Hanbal.Dalam pelawatannya, imam Tirmizi selalu mencatat hadis dari ulama
yang ditemuinya.[7]
Ia
meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Diantaranya adalah Imam Bukhori,
kepadanya ia belajar hadits dan fiqh. Ia juga belajar kepada Imam Muslim dan
Abu Dawud. Guru beliau lainnya adalah:
§ Qutaibah
bin Said
§ Ishaq bin Rahawahib
§ Muhammad bin ‘Amru as-Sawwaq al-Balqi
§ Mahmud bin Galani
§ Isma’il bin Musa al-Fazari
§ Dll.[8]
Hadits-hadits
dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama yang mayoritas
mereka adalah murid-muridnya. Diantaranya adalah: Makhul bin Fadl, Muhammad bin
Mahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, Ai-bd bin Muhammad an Nasfiyyun, al Haisam
bin Kulaib asy Syasyi, Ahmad bin Yusuf an Nasa’I, Abul ‘Abbas Muhammad bin
Mahbub al Mahbubi. Mereka meriwayatkan kitab Jami’nya dan kitab-kitab
yang lain[9].
Imam
Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab, diantaranya:
1. Al
Jami’ as Sohihain, yang terkenal dengan sebutan Sunan at Tirmidzi
2. Kitab I’Illal
3. Kitab Tarikh
4. Kitab as-Sama’il al-Nabawiyyh
5. Kitab al-Zuhud
6. Kitab al-Asma; wa al-Kuna
7. Dll.[10]
Diantara
kitab-kitab diatas, yang paling terkenal adalah Al Jami’ as Sohihain atau Sunan
at Tirmidzi, dan kitab-kitab
lainnya kurang dikenal dikalanngan masuarakat.
2.
Metode Kitab Sunan Al
Tirmidzi
Judul
lengkap kitab al–Jami’al–Shahih adalah al-Jami’al–Mukhtasharminal–Sunan‘anRasulillah
Shallallahu ‘alahi wa Sallam wa Ma’rifat al-Shahih wa al-Ma’lul wa Ma’ ‘alaihi
al-‘Amal.[11]
Meski demikian kitab ini lebih popular dengan nama al–Jami’al–Tirmidzi atau Sunanal–Tirmidzi.Untuk
kedua penamaan ini tampaknya tidak dipermasalahkan oleh ulama. Adapun yang
menjadi pokok perselisihan adalah ketika kata-kata shahih melekat dengan nama
kitab. Al-Hakim (w. 405 H) dan al-Khatib al-Baghdadi (w. 483 H) tidak keberatan
menyebut dengan Shahihal–Tirmidzi atau al–Jami’al–Shahih.Berbeda dengan Ibn
Katsir (w. 774 H) yang menyatakan pemberian nama itu tidak tepat dan terlalu
gegabah, sebab di dalam kitab al–Jami’al–Tirmidzi tidak hanya memuat hadis shahih
saja, akan tetapi memuat pula hadis-hadis hasan, dha’if dan munkar, meskipun
al-Tirmidzi selalu menerangkan kelemahannya, ke-mu’alal-annya dengan ke-munkar-annya.
Dalam
meriwayatkan hadis, al-Tirmidzi menggunakan metode yang berbeda dengan
ulama-ulama lain. Berikut metode-metode yang ditempuh oleh al-Tirmidzi:
1. Men-takhrij
hadis yang menjadi amalan para fuqaha’.
Dalam kitabnya,
al-Tirmidzi tidak meriwayatkan hadis, kecuali hadis yang diamalkan oleh fuqaha’,
kecuali dua hadis, yaitu:
أن النبى صلى الله عليه وسلم جمع بين الظهر والعصر
بالمدينة والمغرب والعشاء من غير خوف ولا سفر ولا مطر
“Sesungguhnya Rasulullah
menjama’ Shalat Zuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya’, tanpa adanya sebab
takut, dalam perjalanan, dan tidak pula karena hujan”.
إذا شرب الخمر فاجلدوه فإن ماد فى الرابعة فاقتلوه
“Apabila seseorang minum
khamar, maka deralah ia, dan jika ia kembali minum khamar pada yang keempat
kalinya maka bunuhlah ia”.
v Hadis
pertama, menerangkan tentang men-jama’ shalat. Para ulama tidak sepakat
untuk meninggalkan hadis ini, dan boleh hukumnya melakukan shalat jama’
di rumah selama tidak dijadikan kebiasaan. Demikian pendapat Ibn Sirin serta
sebagian ahli fiqih dan ahli hadis.
v Hadis
kedua, menerangkan bahwa peminum khamarakan dibunuh jika mengulangi
perbuatannya yang keempat kalinya. Hadis ini menurut al-Tirmidzi dihapus oleh ijma’
ulama.
Dengan
demikian dapat dipahami maksud al-Tirmidzi mencantumkan hadis tersebut, adalah
untuk menerangkan ke-mansukh-an hadis, yaitu telah di-mansukh
dengan hadis riwayat al-Zuhri dari Qabisah bin Zawaib dari Nabi, yang
menerangkan bahwa peminum khamar tersebut dibawa kepada Rasul. Kemudia
Rasul SAW. Memukulnya dan bukan membunuhnya.
2.
Memberi penjelasan tentang kualitas dan
keadaan hadis.
Salah satu
kelebihan al-Tirmidzi adalah ia mengetahui benar keadaan hadis yang ia tulis.
Hal itu berdasarkan hasil diskusinya dengan para ulama tentang keadaan hadis
yang ia tulis. Dalam kitab al–Jami’, al-Tirmidzi mengungkapkan :
“Dan apa yang telah disebutkan
dalam kitab ini mengenai ‘ilal hadis, rawi ataupun sejarah adalah
hasil dari apa yang aku takhrij dari kitab-kitab tarikh, dan
kebanyakan yang demikian itu adalah hasil diskusi saya dengan Muhammad bin
Isma’il (al-Bukhari)”.
Pada kesempatan lain al-Tirmidzi
juga mengatakan :
“Dan kami
mempunyai argumen yang kuat berdasarkan pendapat ahli fiqih terhadap materi
yang kami terangkan dalam kitab ini”.
Dengan demikian dapat dipahami,
bahwa usaha menjelaskan keadaan suatu hadis dimaksudkan olah al-Tirmidzi untuk
mengetahui kelemahan hadis bersangkutan. Menurut al-Hafiz Abu Fadhil bin Tahir
al-Maqdisi (w. 507 H) ada empat syarat yang ditetapkan oleh al-Tirmidzi sebagai
standarisasi periwayatan hadis, yaitu:
a) Hadis-hadis
yang sudah disepakati keshahihannya oleh Bukhari dan Muslim.
b) Hadis-hadis
yang shahih menurut standar keshahihan Abu Awud dan al-Nasa’I,
yaitu hadis-hadis yang para ulama tidak sepakat untuk meninggalkannya, dengan
ketentuan hadis itu bersambung sanadnya dan tidak mursal.
c) Hadis-hadis
yang tidak dipastikan keshahihannya dengan menjelaskan sebab-sebab
kelemahannya.
d) Hadis-hadis
yang dijadikan hujjah oleh fuqaha’, baik hadis tersebut shahih
atau tidak. Tentu saja ketidak-shahihannya tidak sampai pada tingkat dha’ifmatruk
3. Isi Kitab Sunan Al
Tirmidzi
Kitab al-Jami’al-Shahih ini
memuat berbagai permasalahan pokok agama, di antaranya yaitu; al-aqa’id
(tentang tauhid), al-ahkam (tentang hukum), al-riqaq
(tentang budi luhur), adab (tentang etika), al-tafsir
(tentang tafsir al-Qur’an), al-tarikhwaal-siyar (tentang
sejarah dan sejarah jihad Nabi SAW.), al-syama’il (tabi’t), al-fitan
(tentang terjadinya fitnah dan malapetaka), dan al-manaqibwaal-masalib
(tentang biografi sahabat dan tabi’in).[12]Oleh
sebab itu kitab hadis ini disebut dengan al-Jami’.Secara
keseluruhan, kitab al-Jami’al-Shahih atau Sunanal-Tirmidzi
ini terdiri dari 5 juz, 2375 bab dan 3956 hadis.
Menurut al-Tirmidzi, isi hadis-hadis dalam al-Jami’al-Shahih,
telah diamalkan ulama’ Hijaz, Iraq, Khurasan dan daerah lain (dalam
kitab Tarikh-nya, Ibnu Katsir meriwayatkan dari al-Tirmidzi, dia
berkata: “Aku telah menyusun kitab Musnad yang shahih ini dan
telah aku tunjukkan kepada para ulama Hijaz, Iraq, Khurasan dan mereka
menyenanginya. Barangsiapa di rumahnya terdapat kitab ini, maka seakan-akan di
rumahnya ada seorang Nabi yang bersabda),[13]
kecuali dua hadis (yang telah dibahas dimuka). Hadis ini diperselisihkan ulama
baik segi sanad maupun dari segi matan, sehingga sebagian ulama
ada yang menerima dan ada yang menolak dengan alasan-alasan yang berdasarkan naqli
maupun akal.
Kitab al-Jami’al-Shahih ini disusun
berdasarkan urutan bab fiqih, dari bab thaharah seterusnya sampai
dengan bab akhlaq, do’a, tafsir, fadha’il dan
lain-lain. Dengan kata lain al-Tirmidzi dalam menulis hadis dengan
mengklasifikasi sistematikanya dengan model juz, kitab, bab dan sub bab. Kitab
ini ditahqiq dan dita’liq oleh tiga ulama kenamaan pada generasi
sekarang (modern), yakni Ahmad Muhammad Syakir (sebagai Qadhi Syar’i), Muhammad
Fu’ad Abdul Baqi’ (sebagai penulis dan pengarang terkenal), dan Ibrahim ‘Adwah
‘Aud (sebagai dosen pada Universitas al-Azhar Kairo Mesir).
Secara rinci sistematika kitab al-Jami’al-Shahihakan
dijelaskan sebagai berikut:
- Juz I terdiri dari 2 kitab, tentang Thaharah dan Shalat yang meliputi 184 bab 237 hadis.
- Juz II terdiri dari kitab Witir, Jumu’ah, Idayn dan Safar, meliputi260 bab dan 355 hadis.
- Juz III terdiri dari kitab Zakat, Shiyam, Haji, Janazah, Nikah, Rada’, Thalaq dan Li’an, Buyu’ dan al-Ahkam, meliputi 516 bab dan 781 hadis.
- Juz IV terdiri dari kitab Diyat, Hudud, Sa’id, Dzaba’ih, Ahkam dan Sa’id, Dahi, Siyar, FadhilahJihad, Libas, Ath’imah, Asyribah, BirrwaShilah, al-Thibb, Fara’id, Washaya, Wali dan Hibbah, Fitan, al-Ra’yu, Syahadah, Zuhud, Qiyamah, Raqa’iq dan Wara’, Jannah dan Jahannam, meliputi 734 bab dan 997 hadis.
- Juz V terdiri dari 10 pembahasan, tentang Iman, ‘Ilm, Isti’dzan, Adab, al-Nisa’, Fadha’ilal-Qur’an, Qira’ah, Tafsiral-Qur’an, Da’awat, Manaqib, yang meliputi 474 bab dan 773 hadis, di tambah tentang pembahasan ‘Ilal.
Terlepas
dari kebesaran dan kontribusi yang telah diberikan oleh al-Tirmidzi melalui
kitabnya, tetap muncul pelbagai pandangan kontroversial antara yang memuji dan
mengkritik karya tersebut. Di antaranya adalah al-Hafiz al-‘Alim al-Idrisi,
yang menyatakan bahwa al-Tirmidzi adalah seorang dari para Imam yang memberikan
tuntunan kepada mereka dalam ilmu hadis, mengarang al-Jami’, Tarikh,
‘Ilal, sebagai seorang penulis yang ‘alim yang meyakinkan, ia
seorang contoh dalam hafalan.
Lain halnya dengan al-Hafiz Ibn Asihr (w.
524 H), yang menyatakan bahwa kitab al-Tirmidzi adalah kitab shahih,
juga sebaik-baiknya kitab, banyak kegunaannya, baik sistematika penyajiannya
dan sedikit sekali hadis-hadis yang terulang. Di dalamnya juga
dijelaskan pula hadis-hadis yang menjadi amalan suatu mazhab disertai
argumentasinya.Di samping itu al-Timidzi juga menjelaskan kualitas hadis, yaitu
shahih, saqim dan gharib.Dalam kitab tersebut juga
dikemukakan kelemahan dan keutamaan (al-Jarhwaal-Ta’dil)
para perawi hadis.Ilmu tersebut sangat berguna untuk mengetahui keadaan perawi
hadis yang menetukan apakah dia diterima atau ditolak.
Sementara Abu
Isma’il al-Harawi (w. 581 H) berpendapat, bahwa kitabal-Tirmidzi
lebih banyak memberikan faedah dari pada kitab ShahihBukhari dan ShahihMuslim,
sebab hadis yang termuat dalam kitab al-Jami’al-Shahihal-Tirmidzi
diterangkan kualitasnya, demikian juga dijelaskan sebab-sebab kelemahannya,
sehingga orang dapat lebih mudah mengambil faedah kitab itu, baik dari kalangan
fuqaha’, muhadditsin, dan lainnya.
Al-‘Allamah
al-Syaikh’ Abd al-‘Aziz berpendapat, bahwa kitab al-Jami’al-Shahihal-Tirmidzi
adalah kitab yang terbaik, sebab sistematika penulisannya baik, yaitu sedikit
hadis-hadis yang disebutkan berulang-ulang, diterangkan mengenai mazhab-mazhabfuqaha’
serta cara istidlal yang mereka tempuh, dijelaskan kualitas
hadisnya, dan disebutkan pula nama-nama perawi, baik gelar maupun kunyahnya.
Seorang orientalis
Jerman, Brockelman menyatakan ada sekitar 40 hadis yang tidak diketahui
secara pasti apakah hadis-hadis itu termasuk hadis Abi Isa
al-Tirmidzi.Sekumpulan hadis itu dipertanyakan apakah kitab yang berjudul al-Zuhud
atau al-Asma’waal-Kunya.Ada dugaan keras bahwa kumpulan
hadis itu adalah al-Fiqh atau al-Tarikh, tetapi
masih diragukan.
Ignaz
Goldziher dengan mengutip pendapat al-Zahabi telah memuji kitab al-Jami’
al-Shahih dengan memberikan penjelasan bahwa kitab ini terdapat perubahan
penetapan isnad hadis, meskipun tidak menyebabkan penjelasan secara
rinci, tetapi hanya garis besarnya.Di samping itu, di dalam kitab al-Jami’al-Shahih
ini ada kemudahan dengan memperpendek sanad.
Kendati
banyak yang memuji kitab al-Jami’al-Tirmidzi, namun bukan
berarti kemudian luput dari kritikan.Al-HafizIbnal-Jauzi
(w. 751 H) mengemukakan, bahwa dalam kitab al-Jami’al-Shahihlial-Tirmidzi
terdapat 30 hadis maudu’ (palsu), meskipun pada akhirnya pendapat
tersebut dibantah oleh Jalaluddin al-Suyuti (w. 911 H) dengan mengemukakan,
bahwa hadis-hadis yang dinilai palsu tersebut sebenarnya bukan palsu,
sebagaimana yang terjadi dalam kitab ShahihMuslim yang telah dinilainya
palsu, namun ternyata bukan palsu.
Di kalangan ulamahadis,
al-Jauzi memang dikenal terlalu tasahul (mudah) dalam menilai hadis
sebagai hadis palsu.Mengacu kepada pendapat al-Suyuti, dan didukung oleh
pengakuan mayoritas ulama hadis seperti telah dikemukakan, maka penilaian Ibn
al-Jauzi tersebut tidak merendahkan al-Tirmidzi dan kitab al-Jami’al-Shahih-nya.[14]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Beliau adalah Imam al Hafidz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa
bin Saurah bin Musa bin Dahhak as Sulami at Tirmidzi, salah seorang ahli hadits yang terkenal dan
memiliki berbagai karya. Kakeknya Abu ‘Isa at Tirmidziberkebangsaan Mirwaz,
kemudian pindah ke Tirmidz dan menetap disana. Dan pada tahun 209 H, Imam
Tirmidzi lahir tepat di daerah Bau’ dekat dengan sungai Jihun.
Beliau wafat pada malam Senin 13 Rojab tahun 279 H dalam usia 70 tahun.
Ia
meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Diantaranya adalah Imam Bukhori,
kepadanya ia belajar hadits dan fiqh. Ia juga belajar kepada Imam Muslim dan
Abu Dawud. Guru beliau lainnya adalah:
§ Qutaibah
bin Said
§ Ishaq bin Rahawahib
§ Muhammad bin ‘Amru as-Sawwaq al-Balqi
§ Mahmud bin Galani
§ Isma’il bin Musa al-Fazari
§ Dll.
Karya-karya
Imam Tirmidzi
a. Imam
Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab, diantaranya:
b. Al
Jami’ as Sohihain, yang terkenal dengan sebutan Sunan at Tirmidzi
c. Kitab I’Illal
d. Kitab Tarikh
e. Kitab as-Sama’il al-Nabawiyyh
f. Kitab al-Zuhud
g. Kitab al-Asma; wa al-Kuna
h. Dll.
2. Dalam
meriwayatkan hadis, al-Tirmidzi menggunakan metode yang berbeda dengan
ulama-ulama lain. Berikut metode-metode yang ditempuh oleh al-Tirmidzi:
a. Men-takhrij
hadis yang menjadi amalan para fuqaha’.
b. Memberi
penjelasan tentang kualitas dan keadaan hadis
3. Kitab
al-Jami’al-Shahih ini memuat berbagai permasalahan pokok
agama, di antaranya yaitu; al-aqa’id (tentang tauhid), al-ahkam
(tentang hukum), al-riqaq (tentang budi luhur), adab
(tentang etika), al-tafsir (tentang tafsir al-Qur’an), al-tarikhwaal-siyar
(tentang sejarah dan sejarah jihad Nabi SAW.), al-syama’il
(tabi’t), al-fitan (tentang terjadinya fitnah dan malapetaka),
dan al-manaqibwaal-masalib (tentang biografi sahabat dan
tabi’in).[15]
Oleh sebab itu kitab hadis ini disebut dengan al-Jami’. Secara
keseluruhan, kitab al-Jami’al-Shahih atau Sunanal-Tirmidzi
ini terdiri dari 5 juz, 2375 bab dan 3956 hadis.
4.
Kitab
al-Jami’al-Shahih ini disusun berdasarkan urutan bab fiqih,
dari bab thaharah seterusnya sampai dengan bab akhlaq, do’a,
tafsir, fadha’il dan lain-lain. Secara rinci sistematika kitab al-Jami’al-Shahihakan
dijelaskan sebagai berikut:
·
Juz I terdiri dari 2 kitab, tentang Thaharah
dan Shalat yang meliputi 184 bab 237 hadis.
·
Juz II terdiri dari kitab Witir, Jumu’ah,
Idayn dan Safar, meliputi260 bab dan 355 hadis.
·
Juz III terdiri dari kitab Zakat,
Shiyam, Haji, Janazah, Nikah, Rada’, Thalaq
dan Li’an, Buyu’ dan al-Ahkam, meliputi 516 bab dan
781 hadis.
·
Juz IV terdiri dari kitab Diyat, Hudud,
Sa’id, Dzaba’ih, Ahkam dan Sa’id, Dahi, Siyar,
FadhilahJihad, Libas, Ath’imah, Asyribah, BirrwaShilah,
al-Thibb, Fara’id, Washaya, Wali dan Hibbah,
Fitan, al-Ra’yu, Syahadah, Zuhud, Qiyamah,
Raqa’iq dan Wara’, Jannah dan Jahannam, meliputi
734 bab dan 997 hadis.
·
Juz V terdiri dari 10 pembahasan, tentang
Iman, ‘Ilm, Isti’dzan, Adab, al-Nisa’,
Fadha’ilal-Qur’an, Qira’ah, Tafsiral-Qur’an,
Da’awat, Manaqib, yang meliputi 474 bab dan 773 hadis, di tambah
tentang pembahasan ‘Ilal.
5.
Terlepas dari kebesaran dan kontribusi
yang telah diberikan oleh al-Tirmidzi melalui kitabnya, tetap muncul pelbagai
pandangan kontroversial antara yang memuji dan mengkritik karya tersebut. Di
antaranya adalah al-Hafiz al-‘Alim al-Idrisi, yang menyatakan bahwa al-Tirmidzi
adalah seorang dari para Imam yang memberikan tuntunan kepada mereka dalam ilmu
hadis, mengarang al-Jami’, Tarikh, ‘Ilal, sebagai
seorang penulis yang ‘alim yang meyakinkan, ia seorang contoh dalam
hafalan.
B. Saran dan Kritik
a.
Saran
Karena pentingnya ilmu Hadits maka
sebagai umat islam kita seharusnya lebih memahami secara akan ilmu hadits
tersebut serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kita harus tetap menjaga
kemurnian dari isi hadits tersebut, karena bagaimanapun hadits merupakan
pedoman setelah al Qur’an.
b. Kritik
Demikian
makalah yang di buat penulis, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya
bagi penulis.Apabila
ada kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis. Dan apabila terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan
memakluminya, karena sesungguhnya penulis adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa
dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
M. Setudi Kitab Hadis.
Yogyakarta:Teras. 2009
Arifin,
Ahmad. Studi Kitab Hadis. Surabaya:al
Muna. 2010
Alwi al Maliki, Muhammad. Ilmu Usul Hadits. Tej, Adnan Qohar. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
2009
Smeera, Zeid B. Ulumul
Hadis Pengantar Sudi Hadis Praktis. Malang:UIN Malang Press. 2008
Suryadi. Jurnal
Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an dan Hadits. Yogyakarta:Jurnal Tafsir Hadis
Fakultas Usuluddin IAIN Sunan Kali Jaga. 2003
Sutamadi, Ahmad. Al
Imam at Tirmidzi Peranannya dalam Pemgembangan Hadis dan Fiqih.
Jakarta:Perpustakaan Nasional. 1998
[1]M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadits (Yogyakarta: Teras, 2009) Hal 104
[2]Suryadi, Jurnal
Studi Ilmu-Ilmu Alquran dan Hadis (Yogyakarta: Jurusan Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 2003) hal244
[3]M.Abdurrahman, Studi Kitab Hadits, hal 105
[4]Ibid, hal 105
[5]Ibid, hal 106
[6]Ahmad Sutarmadi, al-Imam
al-Tirmizi Perananya dalam Pengembangan Hadis dan Fiqh (
Jakarta: Perpusatkaan Nasional, 1998 ) hal 59
[8]M. Abdurahman, StudiKitab Hadits, hal 106
[9]Zeid B. Smeera,
Ulumul Hadits Pengantar Studi Hadits Praktis (Malang: UIN Malang Press, 2008) hal 113
[10]M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadits, hal 108
[11]Ibid, Hal 112
[12]Ibid, 115
[13]Muhammad
Alawi al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009) hal 281
[14]M. Abdurrahman, Setudi Kitab Hadits, hal
121
[15]Ibid, 115